Dalam susunan masyarakat Buddhis terdiri atas kelompok (parisa) yaitu; kelompok masyarakat kevihāraan (bhikkhu-bhikkhuni) dan kelompok masyarakat awam (perumah tangga). Perbedaan ini didasarkan pada kedudukan sosial mereka masing-masing dan bukan berarti semacam kasta. Agama Buddha tidak menghendaki adanya kasta dalam masyarakat.
Dalam agama buddha, setiap orang memiliki hak yang sama untuk mencapai kedudukan yang tinggi. dengan kata lain setiap orang dapat mencapai kebuddhaan. 3. Dalam Ajaran Buddha, Tidak Seorang pun Diperintahkan untuk Percaya Ajaran Buddha tidak Membedakan Kasta. Buddha mengajarkan bahwa setiap manusia adalah sama. Manusia dapat baik atau jahat
Berdasarkan buku Manusmriti yang dianggap tertua, sebelum Kristus lahir sudah mengakui bahwa sistem kasta sebagai dasar keteraturan dari masyarakat. Sistem ini merupakan cara Hindu membagi masyarakat menjadi empat kategori utama, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Dalam konsep pendidikan dalam agama Buddha pula sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Buddha Gotama tidak mengenal diskriminasi, diferensiasi, maupun dominasi kasta tertentu, melainkan semua dianggap setara dan sederajat serta memiliki hak yang sama, baik dari golongan atau kasta tertentu.
Agama dan kepercayaan, masyarakat menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal dari dewa Hindu dan Buddha, tetap dari kepercayaan animisme. Golongan masyarakat dibagi dua, yaitu caturwarna (empat kasta dalam agama Hindu) dan golongan luar kasta yang disebut jaba. Pembagian hak waris, anak laki-laki memiliki hak lebih besar dari perempuan.
Dalam masyarakat yang mengakui perbedaan derajat kelas, menurut keturunan atau kasta misalnya, setiap golongan memelihara jarak dan mempertahankan gaya hidup sendiri. Namun, Sang Buddha menolak penggolongan masyarakat berdasarkan asal-usul. Dalam meraih cita-cita pembebasan dalam agama Buddha, Sang Buddha pun menekankan pentingnya disiplin
uz2EHc.
kasta dalam agama buddha